Sabtu, 21 April 2012

STUDI KOMPARASI MODELKOOPERATIF TIPE ACTIVE DEBATE DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XII IPS DI SMA NEGERI 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN 2011/2012



STUDI KOMPARASI MODELKOOPERATIF TIPE ACTIVE DEBATE DAN  THINK PAIR AND SHARE  (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XII IPS DI SMA NEGERI 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang



Oleh:
Aji Setyo Sambodo
3101407036





FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012


STUDI KOMPARASI MODELKOOPERATIF TIPE ACTIVE DEBATE DAN  THINK PAIR AND SHARE  (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XII IPS DI SMA NEGERI 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh
Aji Setyo Sambodo
Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang
SARI
Hasil observasi di kelas XII SMA Negeri 1 Ambarawa menunjukan bahwa proses pembelajaran sejarah kurang memanfatkan model pembelajaran yang telah ada sehingga hasil belajar masih belum mencapai yang diharapkan. Pemanfaatan model pembelajaran sejarah dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe active debate dan think pair and share. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) bagaimana hasil belajar sejarah siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Ambarawa dengan melalui model pembelajaran kooperatif tipe active debate (2)  bagaimana hasil belajar sejarah siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Ambarawa dengan melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share? (3) bagaimana perbedaan hasil belajar sejarah antara siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Ambarawa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe active debate dan melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan  pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe active debate dan think pair and share terhadap peningkatkan hasil belajar siswa kelas XII SMA Negeri 1 Ambarawa tahun pelajaran 2011/201. Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi dan masukan tentang pentingnya pemanfaatan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran sejarah. 
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis Eksperimen dengan desain Randomized pre test- post test , yaitu ada perbedaan perlakuan antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 agar dapat dilihat perbedaannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Ambarawa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 1 sebagai kelas Eksperimen 1 dan siswa kelas XII IPS 3 adalah kelas Eksperimen 2.
Perbedaan hasil belajar yang lebih baik ditunjukan pada kelas eksperimen 1, yaitu nilai rata-rata hasil post tes kelas eksperimen 1 sebesar 85,33 sedangkan rata-rata kelas eksperimen 2 sebesar 81,73. Dari hasil uji-t didapatkan thitung =  1,800 > ttabel = 1,67 yang berarti kedua kelas tersebut ada perbedaan signifikan, yaitu hasil belajar kelas eksperimen 1 lebih baik dari pada hasil belajar kelas eksperimen 2. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa melalui pemanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe active debate sebagai metode pembelajaran sejarah dengan materi G 30 S lebih efektif dibandingkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share.
Kata Kunci : Model Pembelajaran kooperatif, Active Debate, Think Pair and Share, Hasil Belajar
PENDAHULUAN
Model pembelajaran merupakan salah satu aspek penting bagi keberhasilan pengajaran sejarah. Problem mendasar dalam pengajaran sejarah di sekolah-sekolah adalah model pengajaran yang kurang menarik bagi siswa. Model pembelajaran yang bersifat satu arah dari guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk dirubah. Guru cenderung malas dalam berinovasi mengembangkan strategi pembelajaran sejarah dan kurang variatif dalam menggunakan model-model pembelajaran sejarah.
Sebagai usaha pencapaian tujuan pendidikan tersebut, sejarah memerlukan suatu sistem pembelajaran yang tepat. Pembelajaran sejarah menuntut peserta didik untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran, memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa sewaktu di bangku sekolah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengajar lebih dituntut untuk berfungsi sebagai pengelola proses belajar mengajar yang melaksanakan tugas yaitu dalam merencanakan, mengatur, mengarahkan, dan mengevaluasi pada waktu sekarang ini.
Berdasarkan pengamatan dan observasi pada bulan Oktober sampai Awal November 2011, diketahui bahwa salah guru sejarah SMA Negeri 1 Ambarawa yakni Ch. Indah P dalam menyampaikan materi pembelajaran sejarah di kelas menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, antara lain menggunakan model pembelajaran tipe ceramah dan  model pembelajaran tipe diskusi.
Model pembelajaran yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ambarawa kurang membuat siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dari observasi dan pengamatan yang dilakukan, banyak diantara peserta didik sering pasif saat teman sekelasnya memaparkan apa yang sudah didiskusikan dengan kelompoknya. Tidak ada sikap keinginan untuk bertanya maupun menananggapi apa yang telah dipaparkan oleh kelompok lain. Para peserta didik terlihat hanya mendengar apa yang dipaparkan oleh temannya di depan kelas. Oleh karena itu, proses pembelajaran aktif di dalam kelas kurang berjalan dengan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilihat pada saat pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe diskusi, pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas tidak berjalan sesuai tujuannya. Tidak ada hubungan yang baik dalam interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan sumber belajar hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran juga masih kurang.
Permasalahan tersebut di atas dapat diatasi dengan berbagai upaya. Salah satunya dengan melalui model pembelajaran kooperaif seperti active debate dan  melalui model pembelajaran think pair and share  (TPS). Active debate dan TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada peserta didik. Model pembelajaran yang berpusat pada siswa akan lebih menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sedangkan guru bertugas sebagai fasilitator, sehingga siswa merasa tertantang untuk berfikir dan memperoleh lebih banyak pengalaman belajar.
Model pembelajaran kooperatif tipe active debate dan think pair and share, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Ciri utama TPS sebagai model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, peer teaching akan lebih efektif dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak dapat dicapai oleh siswa. Selain itu apabila penerapan think pair and share ini kurang optimal dikhawatirkan menimbulkan kekacauan di kelas dimana peserta didik yang aktif hanya mereka yang pintar saja sedangkan peserta didik yang kemampuan akademiknya rendah tetap tidak mampu bekerja sama dengan peserta didik yang lain. Kekurangan pembelajaran dengan menggunakan active debate adalah bagaimana peserta didik yang melakukan debat tersebut menyimpulkan apa yang telah didebatkan. Selain itu, model pembelajaran ini baru dapat dilaksanakan secara maksimal apabila fasilitas belajar peserta didik cukup memadai. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti tertarik untuk membandingkan model pembelajaran mana yang lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XII IPS sejarah  antara model pembelajaran kooperatif tipe active debate  dengan think pair and share.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif jenis eksperimen. Sugiyono (2009:107) menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Menurut Sukardi (2008:179)  penelitian eksperimen merupakan suatu metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung sebab akibat (Clausal-effect relationship).
33
 
Penelitian eksperimen bertujuan untuk meneliti kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara memberikan satu atau lebih kondisi perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen 1, dan membandingkan hasilnya terhadap satu atau lebih kelompok eksperimen 2 yang yang sama-sama  menerima perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis tahap awal dilakukan pada populasi penelitian untuk mengetahui apakah populasi berangkat dari kondisi awal yang sama. nilai rata-rata dari kelas eksperimen 1 adalah 71,10 dan kelas eksperimen 2 adalah 69,37. Nilai minimal dari kedua kelas adalah 70,00. Nilai  maksimal dari kelas Eksperimen 1 adalah 96,00 dan Eksperimen 2 adalah 70,00. Rentang nilai untuk kelas eksperimen 1 adalah 26,00 dan kelas eksperimen 26,00.
Uji normalitas data awal Kelas Eksperimen 1 adalah 5,3627 dan kelas eksperimen 2 adalah 6,6845 sedangkan 7,81.  sesuai data di atas berada pada daerah penerimaan H0, maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal.
Uji homogenitas berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1,2886 Berdasarkan Tabel, untuk taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang 29 diketahui harga F (0.05)(29:29) = 1,86. Disimpulkan bahwa Fhitung lebih kecil dari. Hal ini berarti populasi mempunyai varians yang sama (homogen).
Uji Kesamaan merupakan uji untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan rata-rata antar kelompok anggota populasi. Suatu populasi dikatakan tidak ada perbedaan rata-rata  jika T hitung < T Tabel.
Data
Thitung
Ttabel
Kriteria
Pre test
1,203
1,67
Tidak ada perbedaan
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh Thitung kurang dari  TTabel yang berarti bahwa tidak ada perbedaan rata-rata dari kedua kelas populasi.
Analisis tahap akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah dikemukan. Perhitungan yang digunakan dalam analisis tahap akhir ini pada dasarnya sama dengan perhitungan tahap awal. Nilai rata-rata dari kelas eksperimen 1 adalah 85,33 dan kelas eksperimen 2 adalah 81,73. Nilai minimal dari kedua kelas adalah 70,00. Nilai  maksimal dari kelas Eksperimen 1 adalah 96,00 dan Eksperimen 2 adalah 70,00. Rentang nilai untuk kelas eksperimen 1 adalah 26,00 dan kelas eksperimen 26,00.
Uji normalitas data akhir
Uji Normalitas
dk
χ2hitung
χ2Tabel
Keterangan
Kelas  Eksperimen 1
Kelas  Eksperimen 2
Post test
2
7,7409
6,6845
7,81
Normal

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2 hitung kurang dari χ2 Tabel dengan a = 5%, yang berarti data tersebut berdistribusi normal.
Ujin homogenitas data akhir Pada perhitungan uji kesamaan dua varians data hasil post test diperoleh varians untuk kelompok eksperimen 1 sebesar 55,6782 sedangkan varians kelompok eksperimen 2 sebesar 64,3402 , sehingga harga F hitung = 1,1556. Berdasarkan Tabel, untuk taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang 29 diketahui harga F (0.05)(29:29) = 1,86. Oleh Karena Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang tidak berbeda.
Uji kesamaan dua rata-rata berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata post test di atas diketahui besarnya thitung lebih besar dari tTabel, yang berarti hasil pembelajaran kelompok eksperimen 1 dengan eksperimen 2 terdapat perbedaan. Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya thitung = 1,800, sedangkan tTabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 30 + 30 -2 = 58 adalah 1,67.
Uji kesamaan satu pihak kanan berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata post test di atas diketahui besarnya thitung lebih besar dari tTabel, yang berarti hasil pembelajaran kelompok eksperimen 1 lebih baik dari pada eksperimen 2. Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya thitung = 1,800, sedangkan tTabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 30 + 30 -2 = 58 adalah 1,67. Karena thitung memenuhi kriteria pengujian, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran dengan model Active Debate  lebih baik dari pada pembelajaran dengan model Think Pair and Share terhadap hasil belajar Sejarah kelas XII IPS.
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Ambarwa. Pembelajaran pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 dilakukan dengan waktu yang sama yakni membutuhkan 2 kali pertemuan dengan waktu untuk tiap pertemuan terdiri dari 1 x 45 menit (1 kali pertemuan) dan 2 x 45 menit (1 kali pertemuan).
Kondisi Awal Sampel Penelitian (Sebelum Perlakuan)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelompok XII SMA Negeri 1 Ambarawa tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri atas dua kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 60 orang Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XII IPS-1 sebagai kelas eksperimen 1 dengan jumlah peserta didik sebanyak 30 siswa dan kelas XII IPS-3 sebagai kelas eksperimen 2 dengan jumlah peserta didik sebanyak 30 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan setelah populasi dinyatakan homogen dan terdistribusi normal dari hasil analisis uji homogenitas, uji kesamaan variansi kelas-kelas dalam populasi dan uji normalitas data nilai tes sejarah semester gasal kelas XII IPS tahun pelajaran 2011/2012.
Sebelum kelas eksperimen mendapatkan perlakuan, terlebih dahulu dilaksanakan pre test yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kedua kelas. Berdasarkan Gambar 2 rata-rata skor pre test kelas eksperimen 1 adalah 71,10 sedangkan kelas eksperimen 2 adalah 69,37. Berdasarkan perhitungan data pre test kedua kelas eksperimen, kedua kelas berdistribusi normal dan pada uji F menunjukkan kedua kelas memiliki varians yang sama. Pada uji t diperoleh – tTabel (-1,67) < thitung (1,203) < tTabel (1,67) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan atas kemampuan awal kedua kelas, sehingga dapat dikatakan kedua kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan berada pada titik awal yang sama.
Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Kooperatif  Tipe Active Debate
Pembelajaran dengan active debate merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif   yang digunakan guru untuk mengaktifkan peserta didik sehingga diharapkan peserta didik mendapat pengalaman belajar yang berkesan atau permanen. Kegiatan pembelajaran aktif dibimbing oleh guru sebagai perencana dan  fasilitator yang menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada peserta didik melalui pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pernyataan pengarahan selama proses debat. Pembelajaran seperti ini, akan didapatkan simpulan yang benar dan sesuai kehendak guru.
Pada proses pembelajaran, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, yang kemudian ditindak lanjuti peserta didik dengan melakukan diskusi antar peserta didik. Selain itu, peserta didik juga mencari sumber kajian yang relevan terhadap pertanyaan baik melalui kajian pustaka maupun data yang diberikan oleh guru. Dari hasil penemuan dan analisis peserta didik, maka peserta didik dapat mengetahui konsep dan menyimpulkan materi yang diberikan guru. Kesimpulan dari hasil diskusi yang telah diperoleh peserta didik kemudian didebatkan kepada peserta didik lain untuk memberikan pendapat dari hasil diskusi yang telah dikemukakan tersebut.
Pada konsep materi, guru memberikan latihan soal. Soal-soal tersebut dapat diselesaikan peserta didik dengan berdiskusi antar siswa. Kemudian jawaban pertanyaan dibahas bersama-sama dan peserta didik secara bergiliran mengemukakan pendapat di depan kelas, sehingga apabila peserta didik mengalami kesulitan dapat langsung bertanya kepada guru dan guru dapat melihat serta mengamati sejauh mana peserta didik dapat menyerap pelajaran yang telah disampaikan. Dalam pembelajaran ini, peserta didik aktif berdiskusi untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diberi guru.
Pada proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe active debate ini bertujuan untuk memunculkan peran peserta didik untuk memecahkan masalah yang bersifat kontroversial. Peserta didik melakukan diskusi dengan kelompoknya yang selanjutnya akan didebatkan dengan kelompok lain yang mempunyai konsep yang berbeda. Peserta didik diarahkan menuju konsep materi melalui konsep-konsep yang telah dipaparkan dan didebatkan oleh masing-masing kelompik sehingga memunculkan kesimpulan akan sebuah peristiwa G 30 S, dan didukung kajian pustaka (buku sejarah) sehingga siswa dapat menyimpulkan materi dari hasil perdebatan.
Dalam melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe  active debate, penulis mengalami beberapa hambatan, yaitu:
(1) peserta didik kurang terbiasa untuk bertanya atau berpendapat, (2)  peserta didik kurang bisa menarik kesimpulan akan konsep-konsep yang sudah dipaparkan, (3) peserta didik kurang memahami konsep materi dalam menyelesaikan soal. Cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah: (1) menjelaskan secara global dan memberi penjelasan bersifat petunjuk yang selanjutnya jawaban dikemukakan siswa, serta memberi umpan balik pertanyaan kepada siswa lain, (2) bersama-sama dengan peserta didik untuk menarik kesimpulan dengan konsep dan fakta yang telah muncul, (3) menggambarkan peta konsep materi di depan kelas sehingga siswa dapat menerapkan konsep pada penyelesaian soal.
Proses Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share
Proses pembelajaran dilaksanakan secara diskusi melalui model pembelajaran kooperatif  tipe TPS, para peserta didik mendiskusikan mengenai hal-hal mengenai peristiwa G 30 S. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 2 sampai empat peserta didik pada satu kelompok. Guru kemudian memberikan tugas ke setiap kelompok untuk mendiskusikan tentangg apa saja yang terdapat pada peristiwa G 30 S. Setelah peserta didik selesai mendiskusikan hal-hal yang terjadi pada peristiwa G 30 S, salah satu dari perwakilan kelompok memaparkan apa yang sudah didiskusikan dalam kelompoknya di depan kelas. Kelompok lain yang belum mendapat kesempatan untuk memaparkan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas bertugas untuk memberikan komentar ataupun masukan terhadap apa yang sudah dijelaskan kelompok lain di depan kelas.
Selain diskusi, guru juga memberikan soal untuk dikerjakan secara individual. Materi yang terdapat di soal tersebut merupakan hal-hal yang terjadi pada peristiwa G 30 S. Pemberian soal tersebut dimaksudkan untuk mengukur pemahaman para peserta didik lebih apa yang sudah didiskusikan.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ini, peneliti mengalami beberapa hambatan yaitu: (1) peserta didik kurang aktif karena proses diskusi terwakilkan oleh perwakilan kelompok, (2) peserta didik kurang memperhatikan ketika peserta didik yang lain memaparkan hasil diskusi. Cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut: (1) memberikan pertanyaan-pertanyan sehingga peserta didik ikut aktif dalam pembelajaran, (2) kesempatan peserta didik yang gaduh untuk maju kedepan memaparkan hasil diskusi.
Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik yang Diberi Tipe Pembelajaran Active Debate dan Tipe Pembelajaran Think Pair and Share
Setelah diberikan pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda, diperoleh rata-rata skor post test kelas eksperimen 1 yang diberi tipe pembelajaran active debate  85,77 sedangkan kelas eksperimen 2 yang diberi tipe pembelajaran think pair and share 81,73.
Berdasarkan nilai post test, pencapaian rata-rata nilai post test sejarah pada kelas eksperimen 1 yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe active debate  lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai post test kelas eksperimen 2  yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share. Hal ini dikarenakan, penerapan active debate  memberikan pemahaman konsep materi pembelajaran melalui penemuan-penemuan yang dilakukan peserta didik dengan bimbingan guru. Peserta didik dapat menyimpulkan peristiwa G 30 S dari contoh soal yang telah diberikan guru. Analisis ini menghasilkan pemahaman yang berkesan dari suatu konsep materi yang akan dicapai peserta didik. Peserta didik  menemukan sendiri konsep materi maka siswa tidak begitu mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal karena peserta didik telah mempunyai pemahaman konsep sendiri yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan soal. Demikian juga pada pembelajaran dengan think pair and share, peserta didik diberi penjelasan materi dan latihan-latihan soal yang dapat meningkatkan pemahaman dari suatu konsep peristiwa G 30 S. Pada proses pembelajaran ini peserta didik kurang mendapatkan pemahaman konsep yang berkesan karena semua penjelasan materi diperoleh hampir sama dengan apa yang dijelaskan guru maupun dari buku sumber, sehingga dalam mengerjakan latihan soal siswa masih kebingungan apabila diberi soal yang berbeda. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share, peserta didik hanya memperoleh pemahaman konsep sesuai apa yang didiskusikan dan terdapat kurangnya berfikir kritis dalam memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu, rata-rata skor post test pada kelas eksperimen 2 yang dicapai lebih rendah daripada kelas eksperimen, tetapi nilai post test yang didapatkan tidak begitu berbeda jauh dengan kelas eksperimen 1.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:
1.     
69
 
Pemanfaatan  active debate dalam penelitian ini berkaitan dengan materi pembelajaran sejarah kelas XII tentang peristiwa G 30 S. Materi tersebut terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe active debate sebagai alat dalam pembelajaran sejarah memberikan pengaruh yang lebih efektif pada kelas eksperimen 1. Pada pre test hasil belajar didapatkan rata-rata kelas eksperimen 1 adalah 71,10 dan kelas eksperimen 2 adalah 69,37. Dari hasil uji t pre test pada α = 5%, dk = 30+30-2 = 58 didapatkan thitung = 1,203  < ttabel = 1,67 yang berarti kedua kelas tersebut dalam keadaan memiliki kemampuan yang sama. Setelah dilakukan treatment kepada kedua kelompok kemudian dilakukan post test, didapatkan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen 1 meningkat menjadi  85,33 dan kelompok eksperimen 2 meningkat menjadi 81,73. Dari hasil uji t didapatkan thitung =  1,800> ttabel = 1,67 yang berarti kedua kelas tersebut ada perbedaan signifikan, yaitu kelas eksperimen 1 lebih baik dari pada kelas eksperimen 2. Dari hasil post test terlihat  hasi belajar sejarah siswa kelas eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen 2.
2.       Berdasarkan perhitungan di atas tampak bahwa thitung  = 1,800 > ttabel = 1,67 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata post test kelompok eksperimen 1 lebih baik daripada kelompok eksperimen 2. Pengaruh pembelajaran sejarah dengan active debate memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk berfikir kritis dalam memecahkan suatu peristiwa sejarah yang bersifat kontroversi. Dengan adanya active debate, peserta didik mendapatkan wawasan selain yang diketahui sebelumnya.
Daftar Pustaka
Anni, Catrhrina Tri. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Altintop, Qori. 2010.  Perdebatan Aktif (Active Debate)
Gunawan, Imam. 2010. Model pembelajaran think pair and share http://masimamgun.blogspot.com/2010/06/metode-kooperatif-model-think-pair.html (diunduh tanggal 31 November 2011 jam 15.00)
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Junaidi, Wawan. 2009. Model pembelajaran think pair and share dalam http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/model-pembelajaran-tipe-think-pair.html (diunduh pada 17 November 2010 jam 16.00).
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: P.T Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Silberman, Mel. 2009. Active Learning. Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhimya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 2005. Metoda Statistika. Yogyakarta: Liberti.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukardi . 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Suprijono, Agus. 2010. COOPERATIVE LEARNING Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wasino. 2007. Dari Riset Hingga Tulisan Sejarah. Semarang: UNNES Press.