STUDI KOMPARASI MODELKOOPERATIF
TIPE ACTIVE DEBATE DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XII IPS DI SMA NEGERI 1
AMBARAWA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh:
Aji Setyo Sambodo
3101407036
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2012
STUDI
KOMPARASI MODELKOOPERATIF TIPE ACTIVE DEBATE DAN THINK
PAIR AND SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN SEJARAH KELAS XII IPS DI SMA NEGERI 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh
Aji
Setyo Sambodo
Jurusan
Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang
SARI
Hasil observasi di kelas
XII SMA Negeri 1 Ambarawa menunjukan bahwa proses pembelajaran sejarah kurang
memanfatkan model pembelajaran yang telah ada sehingga hasil belajar masih
belum mencapai yang diharapkan. Pemanfaatan model pembelajaran sejarah dalam
penelitian ini adalah dengan memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe active debate dan think pair and share. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian
ini adalah : (1) bagaimana hasil
belajar sejarah siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Ambarawa dengan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe active
debate (2) bagaimana
hasil belajar sejarah siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Ambarawa dengan melalui
model pembelajaran kooperatif tipe think
pair and share? (3) bagaimana
perbedaan hasil belajar sejarah antara siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1
Ambarawa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe active debate dan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe think pair and
share?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pemanfaatan model pembelajaran kooperatif
tipe active debate dan think pair and share terhadap
peningkatkan hasil belajar siswa kelas XII SMA Negeri 1 Ambarawa tahun
pelajaran 2011/201. Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan
informasi dan masukan tentang pentingnya pemanfaatan model pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran sejarah.
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan jenis Eksperimen dengan
desain Randomized pre test- post test , yaitu ada
perbedaan perlakuan antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 agar dapat
dilihat perbedaannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1
Ambarawa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Sampel
penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 1 sebagai kelas Eksperimen 1 dan
siswa kelas XII IPS 3 adalah kelas Eksperimen 2.
Perbedaan hasil belajar yang lebih baik
ditunjukan pada kelas eksperimen 1, yaitu nilai rata-rata hasil post tes kelas
eksperimen 1 sebesar 85,33 sedangkan rata-rata kelas eksperimen 2 sebesar
81,73. Dari hasil uji-t didapatkan thitung = 1,800 > ttabel = 1,67 yang
berarti kedua kelas tersebut ada perbedaan signifikan, yaitu hasil belajar
kelas eksperimen 1 lebih baik dari pada hasil belajar kelas eksperimen 2.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa melalui pemanfaatkan model
pembelajaran kooperatif tipe active
debate sebagai metode pembelajaran sejarah dengan materi G 30 S lebih
efektif dibandingkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair and share.
Kata Kunci : Model
Pembelajaran kooperatif, Active Debate, Think Pair and Share, Hasil Belajar
PENDAHULUAN
Model pembelajaran merupakan salah satu
aspek penting bagi keberhasilan pengajaran sejarah. Problem mendasar dalam
pengajaran sejarah di sekolah-sekolah adalah model pengajaran yang kurang menarik
bagi siswa. Model
pembelajaran yang bersifat satu arah dari guru menjadi sumber pengetahuan utama
dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk dirubah. Guru cenderung
malas dalam berinovasi mengembangkan strategi pembelajaran sejarah dan kurang
variatif dalam menggunakan model-model
pembelajaran sejarah.
Sebagai
usaha pencapaian tujuan pendidikan tersebut, sejarah memerlukan suatu sistem
pembelajaran yang tepat. Pembelajaran sejarah menuntut peserta didik untuk
dapat aktif dalam proses pembelajaran, memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa sewaktu di bangku
sekolah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengajar lebih dituntut
untuk berfungsi sebagai pengelola proses belajar mengajar yang melaksanakan
tugas yaitu dalam merencanakan, mengatur, mengarahkan, dan mengevaluasi pada
waktu sekarang ini.
Berdasarkan
pengamatan dan observasi pada bulan Oktober sampai Awal November 2011,
diketahui bahwa salah guru sejarah SMA Negeri 1 Ambarawa yakni Ch. Indah P
dalam menyampaikan materi pembelajaran sejarah di kelas menggunakan model pembelajaran yang bervariasi,
antara lain menggunakan model pembelajaran
tipe ceramah
dan model pembelajaran
tipe diskusi.
Model pembelajaran yang dilaksanakan
di SMA Negeri 1 Ambarawa kurang membuat siswa berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Dari observasi dan pengamatan yang dilakukan, banyak diantara
peserta didik sering pasif saat teman sekelasnya memaparkan apa yang sudah
didiskusikan dengan kelompoknya. Tidak ada sikap keinginan untuk bertanya
maupun menananggapi apa yang telah dipaparkan oleh kelompok lain. Para peserta
didik terlihat hanya mendengar apa yang dipaparkan oleh temannya di depan
kelas. Oleh karena itu, proses pembelajaran aktif di dalam kelas kurang
berjalan dengan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilihat pada saat
pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe
diskusi, pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran di kelas tidak berjalan sesuai tujuannya.
Tidak ada hubungan yang baik dalam interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan
guru, dan
siswa dengan sumber belajar
hasil
yang diperoleh dari proses pembelajaran juga masih kurang.
Permasalahan tersebut di atas dapat diatasi dengan berbagai upaya. Salah satunya dengan melalui model pembelajaran
kooperaif seperti
active debate dan
melalui model pembelajaran think
pair and share (TPS). Active debate dan TPS
merupakan model pembelajaran kooperatif
yang berpusat pada peserta
didik. Model pembelajaran yang berpusat pada siswa akan lebih menuntut keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran sedangkan guru bertugas sebagai fasilitator,
sehingga siswa merasa tertantang untuk berfikir dan memperoleh lebih banyak
pengalaman belajar.
Model pembelajaran kooperatif
tipe active debate dan think pair and share, keduanya memiliki
kelebihan
dan kekurangan. Ciri
utama TPS sebagai model
pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena
itu, peer teaching akan lebih efektif dibandingkan dengan pengajaran langsung
dari guru, bisa
terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami
tidak
dapat dicapai oleh siswa.
Selain itu apabila penerapan think pair
and share ini kurang optimal
dikhawatirkan menimbulkan kekacauan di kelas dimana peserta didik yang aktif
hanya mereka yang pintar saja sedangkan peserta didik yang kemampuan
akademiknya rendah tetap tidak mampu bekerja sama dengan peserta didik yang
lain. Kekurangan
pembelajaran dengan menggunakan active
debate adalah bagaimana peserta
didik
yang melakukan debat tersebut menyimpulkan apa yang telah didebatkan. Selain
itu, model pembelajaran ini baru dapat dilaksanakan secara maksimal apabila fasilitas belajar peserta didik cukup memadai. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti tertarik untuk
membandingkan model pembelajaran mana yang lebih efektif untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik kelas XII IPS sejarah
antara model pembelajaran kooperatif
tipe active debate dengan think pair and share.
METODE
PENELITIAN
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif jenis eksperimen.
Sugiyono (2009:107) menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Menurut Sukardi (2008:179) penelitian eksperimen merupakan suatu metode
sistematis guna membangun hubungan yang mengandung sebab akibat (Clausal-effect relationship).
|
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Analisis tahap awal
dilakukan pada populasi penelitian untuk mengetahui apakah populasi berangkat
dari kondisi awal yang sama.
nilai
rata-rata dari kelas eksperimen 1 adalah 71,10 dan kelas eksperimen 2 adalah 69,37. Nilai minimal dari kedua kelas
adalah 70,00. Nilai maksimal dari kelas
Eksperimen 1 adalah 96,00 dan Eksperimen 2 adalah 70,00. Rentang nilai untuk
kelas eksperimen 1 adalah 26,00 dan kelas eksperimen 26,00.
Uji normalitas data awal Kelas Eksperimen 1
adalah 5,3627 dan kelas eksperimen 2 adalah 6,6845 sedangkan 7,81. sesuai data di atas
berada pada daerah penerimaan H0, maka dapat disimpulkan data tersebut
berdistribusi normal.
Uji homogenitas berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh Fhitung = 1,2886 Berdasarkan Tabel, untuk taraf
signifikansi 5% dengan dk pembilang 29 diketahui harga F (0.05)(29:29)
= 1,86. Disimpulkan bahwa Fhitung
lebih kecil dari. Hal ini berarti populasi mempunyai varians yang sama
(homogen).
Uji Kesamaan merupakan uji untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
yang signifikan rata-rata antar kelompok anggota populasi. Suatu populasi
dikatakan tidak ada perbedaan rata-rata
jika T hitung <
T Tabel.
Data
|
Thitung
|
Ttabel
|
Kriteria
|
Pre test
|
1,203
|
1,67
|
Tidak ada
perbedaan
|
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh Thitung kurang
dari TTabel
yang berarti bahwa tidak ada perbedaan rata-rata dari kedua kelas populasi.
Analisis tahap akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah
dikemukan. Perhitungan yang digunakan dalam analisis tahap akhir ini pada
dasarnya sama dengan perhitungan tahap awal. Nilai rata-rata
dari kelas eksperimen 1 adalah 85,33 dan kelas eksperimen 2 adalah 81,73. Nilai
minimal dari kedua kelas adalah 70,00. Nilai
maksimal dari kelas Eksperimen 1 adalah 96,00 dan Eksperimen 2 adalah
70,00. Rentang nilai untuk kelas eksperimen 1 adalah 26,00 dan kelas eksperimen
26,00.
Uji normalitas data akhir
Uji Normalitas
|
dk
|
χ2hitung
|
χ2Tabel
|
Keterangan
|
|
Kelas
Eksperimen 1
|
Kelas
Eksperimen 2
|
||||
Post test
|
2
|
7,7409
|
6,6845
|
7,81
|
Normal
|
Berdasarkan hasil
analisis tersebut diperoleh χ2 hitung kurang dari χ2
Tabel dengan a = 5%, yang berarti data tersebut
berdistribusi normal.
Ujin homogenitas data akhir Pada perhitungan uji
kesamaan dua varians data hasil post
test diperoleh varians untuk kelompok eksperimen 1 sebesar 55,6782 sedangkan varians
kelompok eksperimen 2 sebesar 64,3402 ,
sehingga harga F hitung = 1,1556. Berdasarkan Tabel, untuk taraf signifikansi 5%
dengan dk pembilang 29 diketahui harga F (0.05)(29:29) = 1,86. Oleh Karena Karena F berada pada
daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai
varians yang tidak berbeda.
Uji kesamaan dua rata-rata
berdasarkan hasil uji kesamaan dua
rata-rata post test di atas diketahui besarnya thitung lebih besar
dari tTabel, yang berarti hasil pembelajaran kelompok eksperimen 1 dengan eksperimen 2 terdapat perbedaan.
Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya thitung = 1,800, sedangkan
tTabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 30 + 30 -2 = 58 adalah 1,67.
Uji kesamaan satu pihak kanan berdasarkan hasil uji
perbedaan dua rata-rata post test di atas diketahui besarnya thitung
lebih besar dari tTabel, yang berarti hasil pembelajaran kelompok
eksperimen 1 lebih
baik dari pada eksperimen
2. Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya thitung = 1,800, sedangkan
tTabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 30 + 30 -2 = 58 adalah 1,67. Karena thitung
memenuhi kriteria pengujian, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran
dengan model Active
Debate lebih baik dari
pada pembelajaran dengan
model Think Pair and Share terhadap hasil belajar Sejarah kelas XII IPS.
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di SMA
Negeri 1 Ambarwa. Pembelajaran pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 dilakukan
dengan waktu yang sama yakni membutuhkan 2 kali pertemuan dengan waktu untuk
tiap pertemuan terdiri dari 1 x 45 menit (1 kali pertemuan) dan 2 x 45 menit (1
kali pertemuan).
Kondisi Awal Sampel Penelitian (Sebelum Perlakuan)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelompok XII SMA Negeri
1 Ambarawa
tahun ajaran 2011/2012 yang
terdiri atas dua
kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 60 orang
Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XII IPS-1 sebagai kelas eksperimen 1
dengan jumlah peserta didik sebanyak 30 siswa dan kelas XII IPS-3 sebagai kelas
eksperimen 2 dengan jumlah peserta didik sebanyak 30 peserta didik. Pengambilan
sampel dilakukan setelah populasi dinyatakan homogen dan terdistribusi normal
dari hasil analisis uji homogenitas, uji kesamaan variansi kelas-kelas dalam
populasi dan uji normalitas data nilai tes sejarah semester gasal kelas XII IPS
tahun pelajaran 2011/2012.
Sebelum
kelas eksperimen mendapatkan perlakuan, terlebih dahulu dilaksanakan pre test
yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kedua kelas. Berdasarkan Gambar 2
rata-rata skor pre test kelas eksperimen 1 adalah 71,10 sedangkan kelas
eksperimen 2 adalah 69,37. Berdasarkan perhitungan data pre test kedua kelas
eksperimen, kedua kelas berdistribusi normal dan pada uji F menunjukkan kedua
kelas memiliki varians yang sama. Pada uji t diperoleh – tTabel (-1,67)
< thitung (1,203) < tTabel (1,67) yang berarti
tidak ada perbedaan yang signifikan atas kemampuan awal kedua kelas, sehingga dapat
dikatakan kedua kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan berada pada titik
awal yang sama.
Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Active Debate
Pembelajaran
dengan active debate merupakan salah
satu tipe model pembelajaran kooperatif
yang digunakan guru untuk mengaktifkan peserta didik sehingga diharapkan
peserta didik mendapat pengalaman belajar yang berkesan atau permanen. Kegiatan
pembelajaran aktif dibimbing oleh guru sebagai perencana dan fasilitator yang menyediakan bimbingan atau
petunjuk cukup luas kepada peserta didik melalui pertanyaan-pertanyaan
dan pernyataan-pernyataan pengarahan selama proses debat.
Pembelajaran
seperti ini, akan didapatkan simpulan yang benar dan sesuai kehendak guru.
Pada
proses pembelajaran, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta
didik, yang kemudian ditindak lanjuti peserta didik dengan melakukan diskusi
antar peserta didik. Selain itu, peserta didik juga mencari sumber kajian yang
relevan terhadap pertanyaan baik melalui kajian pustaka maupun data yang
diberikan oleh guru. Dari hasil penemuan dan analisis peserta didik, maka
peserta didik dapat mengetahui konsep dan menyimpulkan materi yang diberikan
guru. Kesimpulan dari hasil diskusi yang telah diperoleh peserta didik kemudian
didebatkan kepada peserta didik lain untuk memberikan pendapat dari hasil
diskusi yang telah dikemukakan tersebut.
Pada
konsep materi, guru memberikan latihan soal. Soal-soal tersebut dapat
diselesaikan peserta didik dengan berdiskusi antar siswa. Kemudian jawaban
pertanyaan dibahas bersama-sama dan peserta didik secara bergiliran
mengemukakan pendapat di depan kelas, sehingga apabila peserta didik mengalami
kesulitan dapat langsung bertanya kepada guru dan guru dapat melihat serta mengamati
sejauh mana peserta didik dapat menyerap pelajaran yang telah disampaikan.
Dalam pembelajaran ini, peserta didik aktif berdiskusi untuk mengetahui jawaban
dari pertanyaan yang diberi guru.
Pada
proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe active debate ini bertujuan untuk memunculkan peran peserta didik
untuk memecahkan masalah yang bersifat kontroversial. Peserta didik melakukan
diskusi dengan kelompoknya yang selanjutnya akan didebatkan dengan kelompok
lain yang mempunyai konsep yang berbeda. Peserta didik diarahkan menuju konsep
materi melalui konsep-konsep yang telah dipaparkan dan didebatkan oleh
masing-masing kelompik sehingga memunculkan kesimpulan akan sebuah peristiwa G
30 S, dan didukung kajian pustaka (buku sejarah) sehingga siswa dapat
menyimpulkan materi dari hasil perdebatan.
Dalam melakukan penelitian
menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe active debate, penulis
mengalami beberapa hambatan, yaitu:
(1) peserta
didik kurang terbiasa untuk bertanya atau berpendapat, (2) peserta
didik kurang bisa
menarik kesimpulan akan konsep-konsep yang sudah dipaparkan,
(3) peserta didik
kurang memahami konsep materi dalam menyelesaikan soal. Cara yang dilakukan
oleh peneliti untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah: (1) menjelaskan
secara global dan memberi penjelasan bersifat petunjuk yang selanjutnya jawaban
dikemukakan siswa, serta memberi umpan balik pertanyaan kepada siswa lain, (2) bersama-sama dengan peserta
didik untuk menarik kesimpulan dengan konsep dan fakta yang telah muncul,
(3) menggambarkan peta konsep materi di depan kelas sehingga siswa dapat
menerapkan konsep pada penyelesaian soal.
Proses Pembelajaran Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think
Pair and Share
Proses pembelajaran
dilaksanakan secara diskusi
melalui model pembelajaran kooperatif
tipe TPS, para peserta didik mendiskusikan mengenai hal-hal mengenai
peristiwa G 30 S. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang
terdiri dari 2 sampai empat peserta didik pada satu kelompok. Guru kemudian
memberikan tugas ke setiap kelompok untuk mendiskusikan tentangg apa saja yang
terdapat pada peristiwa G 30 S. Setelah peserta didik selesai mendiskusikan
hal-hal yang terjadi pada peristiwa G 30 S, salah satu dari perwakilan kelompok
memaparkan apa yang sudah didiskusikan dalam kelompoknya di depan kelas.
Kelompok lain yang belum mendapat kesempatan untuk memaparkan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas bertugas untuk memberikan komentar ataupun masukan
terhadap apa yang sudah dijelaskan kelompok lain di depan kelas.
Selain
diskusi, guru juga memberikan soal untuk dikerjakan secara individual. Materi
yang terdapat di soal tersebut merupakan hal-hal yang terjadi pada peristiwa G
30 S. Pemberian soal tersebut dimaksudkan untuk mengukur pemahaman para peserta
didik lebih apa yang sudah didiskusikan.
Dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ini, peneliti mengalami beberapa
hambatan yaitu: (1) peserta
didik kurang aktif karena proses diskusi terwakilkan oleh perwakilan kelompok, (2) peserta didik kurang
memperhatikan ketika peserta didik yang lain memaparkan hasil diskusi.
Cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut:
(1) memberikan
pertanyaan-pertanyan sehingga peserta
didik ikut aktif dalam pembelajaran, (2) kesempatan peserta didik
yang gaduh untuk maju kedepan memaparkan
hasil diskusi.
Perbandingan Hasil Belajar
Peserta Didik yang Diberi Tipe Pembelajaran Active
Debate dan Tipe Pembelajaran Think
Pair and Share
Setelah
diberikan pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda, diperoleh rata-rata skor
post test kelas eksperimen 1 yang diberi tipe pembelajaran active debate 85,77
sedangkan kelas eksperimen 2 yang diberi tipe pembelajaran think pair and share 81,73.
Berdasarkan
nilai post test,
pencapaian rata-rata nilai post test sejarah pada kelas eksperimen 1 yang
diberi model pembelajaran kooperatif tipe
active debate lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata nilai post test kelas eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe think pair and share. Hal ini
dikarenakan, penerapan active debate memberikan pemahaman konsep materi
pembelajaran melalui penemuan-penemuan yang dilakukan peserta didik dengan
bimbingan guru. Peserta didik dapat menyimpulkan peristiwa G 30 S dari contoh soal
yang telah diberikan guru. Analisis ini menghasilkan pemahaman yang berkesan
dari suatu konsep materi yang akan dicapai peserta didik. Peserta didik menemukan sendiri konsep materi maka siswa
tidak begitu mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal karena peserta
didik telah mempunyai pemahaman konsep sendiri yang dapat diterapkan dalam
menyelesaikan soal. Demikian juga pada pembelajaran dengan think pair and share, peserta didik diberi penjelasan materi dan
latihan-latihan soal yang dapat meningkatkan pemahaman dari suatu konsep
peristiwa G 30 S. Pada proses pembelajaran ini peserta didik kurang mendapatkan
pemahaman konsep yang berkesan karena semua penjelasan materi diperoleh hampir
sama dengan apa yang dijelaskan guru maupun dari buku sumber, sehingga dalam
mengerjakan latihan soal siswa masih kebingungan apabila diberi soal yang
berbeda. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share, peserta didik hanya memperoleh pemahaman
konsep sesuai apa yang didiskusikan dan terdapat kurangnya berfikir kritis
dalam memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu, rata-rata skor post test pada
kelas eksperimen 2 yang dicapai lebih rendah daripada kelas eksperimen, tetapi
nilai post test yang didapatkan tidak begitu berbeda jauh dengan kelas
eksperimen 1.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan:
1.
|
2.
Berdasarkan perhitungan di atas tampak
bahwa thitung = 1,800 > ttabel
= 1,67 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata post test kelompok eksperimen 1
lebih baik daripada kelompok eksperimen 2. Pengaruh pembelajaran sejarah dengan
active debate memberikan rangsangan
kepada peserta didik untuk berfikir kritis dalam memecahkan suatu peristiwa
sejarah yang bersifat kontroversi. Dengan adanya active debate, peserta didik mendapatkan wawasan selain yang
diketahui sebelumnya.
Daftar
Pustaka
Anni, Catrhrina Tri.
2007. Psikologi Belajar. Semarang:
UNNES Press.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Altintop, Qori.
2010. Perdebatan Aktif (Active Debate)
Gunawan, Imam. 2010. Model pembelajaran think pair and share http://masimamgun.blogspot.com/2010/06/metode-kooperatif-model-think-pair.html
(diunduh tanggal 31 November 2011 jam 15.00)
Hamalik, Oemar.
2008. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Isjoni. 2007. Pembelajaran
Sejarah Pada Satuan Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Junaidi, Wawan.
2009. Model pembelajaran think pair and
share dalam http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/model-pembelajaran-tipe-think-pair.html (diunduh pada 17 November
2010 jam 16.00).
Margono, S. 2005. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta: P.T Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina.
2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Silberman, Mel. 2009. Active Learning. Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhimya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 2005. Metoda Statistika.
Yogyakarta: Liberti.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukardi . 2008.
Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Suprijono, Agus.
2010. COOPERATIVE LEARNING Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wasino. 2007. Dari
Riset Hingga Tulisan Sejarah. Semarang: UNNES Press.